Label

Sabtu, 25 April 2020

Ramadhan Ke-2

Abinya anak-anak sehari sebelum Ramadan keluar kota Kabupaten. Anak- anak ingin dibelikan IPad. Meski tabungan mereka belum cukup. Akhirnya Abi mengizinkan setelah begitu lama mereka bersabar. 

Televisi di rumah tidak dinyalakan sudah hampir tiga tahun. Dampaknya lebih banyak negatif ketimbang positif. Anak-anak juga belum diizinkan memiliki gadget.

Mereka bisa memiliki benda segi empat itu dengan menabung uang sendiri. Telepon pintar penuh manfaat itu mereka bisa miliki juga jika digunakan untuk kebaikan dan harus menaati aturan dalam penggunaannya. Demikian kami memberikan arahan sebelum mereka dibelikan.

Kakak dan Abang terlihat rajin setelah di belikan Ipad. Tanpa disuruh, si Abang membuang sampah. Memang itu adalah tugasnya setiap hari. Tetapi masih sering diingatkan bahkan dipaksa.

Si Kakak juga membersihkan rumah tanpa diminta. Menyapu, melipat, mencuci piring, tanpa diingatkan.

Sementara Tablet dicas mereka bekerja. Sebelum fullcas pekerjaan pun selesai. Senang juga melihat mereka semangat bekerja. Membantu Bunda. Ternyata pil penyemangatnya bisa juga.😂 semoga tetap bertahan.

Hari pertama puasa si Abang lemas. Tidak bisa tidur siang. Banyak kali menanyakan apakah sudah bisa makan. Ia terkapar di dapur, berbaring terlentang di sana.

Abi datang dari mengisi galon menggendongnya masuk ke kamar. Entah berapa kali ia memanggil Bunda. Ia membujuk Opah agar mengizinkannya berbuka. 

Akhirnya, sisa tiga puluh menit waktu berbuka ia m3mbatalkan puasanya. Ya, hal yang wajar karena memang usianya masih tujuh tahun dan itu puasa pertama di tahun ini. Tahun lalu puasa penuhnya setengah bulan selebihnya puasa setengah hari. 

Si Kakak berbeda pula. Ia sangat antusias berpuasa. Di hari biasa saja ia ingin berpuasa sunat. Sejak umurnya enam tahun sudah semangat puasa. Saya tidak ingat pasti, entah di usia enam atau tujuh tahun ia berpuasa full. Tetapi memang ia lebih beraemangat berpuasa dibandingkan adiknya.

Si Kakak meminta saat berbuka ingin makan raca'raca mangga. Si abang ingin menyantap tempe. Si kakak Izzah bolak balik meminta dibuatkan udang krispi. Alhamdulillah, bahannya tersedia di kulkas. Meski agak lama bergelut dengan dapur, tetapi tetap semangat karena si buah hati juga semangat.

Abi juga meski terlihat lelah sepulang dari kota tetap semangat menjadi imam. Tarwih pertama kami di rumah bersama keluarga teramat istimewa. Syahdu.

Bacaan Al-Qur'an juga terdengar bersahutan. Semua semangat membaca qalam ilahi. Kakak Izzah yang baru berusia tiga tahun tidak mau kalah. Ia mengambil iqranya dan membacanya juga. Bacaannya kini sudah di huruf ta.

Semoga Ramadhan kali ini bisa lebih berkah meski Lock Down.



Jumat, 24 April 2020

Lock Down Ramadan 1

Ramadan kali ini sangat berbeda. Semua merasakan hal ini. Bukan hanya kamu atau aku, tetapi kita semua. 

Ada sesak di dalam dada. Teringat semua keluarga. Saudaraku, apakah makanan tetap tersedia di rumah mereka? Suaminya kerja serabutan, apakah cukup untuk belanja makan mereka? 

Tetap di rumah itu jauh lebih baik. Masih bebas ingin melakukan apapun. Bagaimana dengan orang yang di dalam penjara. Tinggal di dalam sel yang hanya berapa meter tanpa jendela tanpa alas untuk tidur. Berbuka puasa pun sekedarnya. Hati ini bagai teriris. Ramadan kali ini sungguh berbeda.

Apa pun yang menjadi takdir Allah selalu disyukuri. Bagiku Ramadan kali ini meski berbeda tetapi berkah, malah berlimpah. Rezeki kami, Maasyaa Allah, meski lockdown makanan di rumah tetap banyak dan berbagai rupa. 

Tempat kami di perbatasan, terluar, dan terisolasi. Bahkan pasar sebulan sekali sekarang sudah ditiadakan. Tetapi, alhamdulillah, rupa-rupa santapan tetap tersaji. 

Bahan pokok juga tersedia jika kita ingin membeli. Ikan, udang, ayam daging. Padahal biasanya sulit, terkadang ingin membeli tiada dijual.

Ada pedagang yang rutin membawa ikan dari Berau. Ikan merah, putih, ikan yang mahal-mahal semua tersedia. Udang yang dulunya dibawa ke kabupaten sekarang sudah dijual di tempat kami. Daging juga sangat murah tersedia, daging rusa. Harganya dua kali lebih murah. Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?

Karena merasa rezeki cukup maka kami ingin berbagi. Yang membuat sesak saat berbagi rezeki dengan keluarga, apa yang mereka katakan? 

"Ada jugakah kamu pakai, dek. Kenapa kirimkan kami lagi?"

Kakak pertama mengatakan demikian. Kakak kedua juga, bahkan keluarga lainnya pun mengungkapkan hal yang sama.

Ya, Allah, terharu di saat mereka kesulitan masih memikirkan saya juga sekeluarga. Padahal tadinya mereka cerita jika sumber penghasilan mereka jadi berkurang karena tetap berada di rumah.

Ya, Allah semoga covid-19 segera berlalu.

Senin, 20 April 2020

Lock Down

Misi Asik 7

Saya menggunakan  metode yang telah diajarkan Cikgu, Ndan Hessa. Metode Mind Maping. 

Metode Mind Maping:
1. Di rumah
2. Hal positif
3. Bonding keluarga
4. Berjamaah
5. Bahagia

Sejak menyebarnya Covid-19 hampir ke seluruh dunia, masyarakat dunia diimbau tetap berada di rumah. Meski berada di rumah banyak hal positif yang tetap bisa dilakukan. Sala satunya memperkuat bonding keluarga. Salat berjamaah juga bisa dilakukan selama dirumah. Berjamaah bersama seluruh anggota keluarga. Terakhir, tetaplah merasa bahagia meski berada di rumah.

LOCKDOWN
Oleh: Enawati Muh. dahlan

Novel virus Corona menggemparkan masyarakat Kota Wuhan Provinsi Hubei, Cina. Awal di temukannya virus tersebut di sebuah pasar. Menurut beberapa sumber dari sebuah pasar yang menjual berbagai hewan liar. Binatang itu dijual untuk konsumsi manusia. 

Awalnya menonton berita, mengira bahwa virus itu hanya akan berada di Cina Wuhan. Karena WNI beberapa kali di tes semua dinyatakan negatif. Hingga seorang warga Depok terinfeksi. Wanita berusia 30-an itu pascakontak dengan teman lelakinya orang Jepang yang tinggal di Malaysia. Gadis itu berprofesi sebagai guru dansa. 

Tidak menyangka virus itu akan sampai ke Indonesia. Gubernur DKI melockdown Jakarta. Disusul pemerintah pusat dan daerah. Hingga imbauan di rumah saja untuk memutus mata rantai virus Corona.

Selama lockdown banyak hal baik yang dilakukan. Tiga hari awal di rumah anak-anak merasa bosan mereka selalu meminta untuk bermain di luar. Setelah beberapa hari baru terbiasa.

Sebetulnya, keluarga saya sudah latihan lockdown sebelumnya. Qadarullah libur semester lalu dua minggu kami hanya di rumah. Menahan diri agar tidak kontak dengan orang luar.

Kami sekeluarga terjangkit sakit mata. Awalnya si kecil, baby Syafiq. Lalu si kakak dan abang, terus menjangkiti saya, terakhir Abi juga tetinfeksi. Kami sebisa mungkin tidak keluar rumah.

Tidak mudah karena musim libur. Anak-anak merengek minta keluar berlibur. Apa daya hingga libur berakhir sakit mata Abi belum sembuh.

Saat lockdown Covid-19 banyak hal positif yang dilakukan. Memperkuat bonding salah satunya. Di rumah salat lima waktu berjamaah. Anak-anak subuh sudah bangun meski hanya di rumah.

Jika jenuh mereka diizinkan bermain kelereng, bekel, lompat tali, dan bermain badminton di dalam rumah. Si Kakak belajar membuat video youtube. Si Abang yang biasanya cuek menjadi rajin belajar.

Anak-anak juga semakin rajin membaca. Hampir semua buku anak telah dibaca si Kakak dan Abang. Bosan membaca buku biasanya mereka seru-seruan bermain peran. Hingga si bayi Syafiq pun ikut mendapatkan peran.

Sebulan berada di rumah tetap bahagia. Semua anggota keluarga tetap menikmati. Semoga Covid-19 segera berakhir. Kita dapat mengambil sisi positifnya. Meski tahun ini hanya bisa tarwih dan lebaran di rumah.




Rabu, 11 Maret 2020

Misi Asik 2


Assalamualaykum warahmatullah wabarakatuh.

Hai,  hai,  haaaaiiii .... Minggu lalu saya menulis mengenai "Tetap Eksis Karena Manfaat", kisah saya bersama PL.  Nah,  minggu ini saya dan komandan lainnya ditantang menyelesaikan Misi 2 Asik, yaitu menyelesaikan 3 masalah dengan menuliskan penyelesaiannya. 

Minggu ini kami disajikan materi GBHM, loh. Kira-kira ada yang tahu kepanjangan GBHM? GBHM akronim dari Garis Besar Haluan Markas. Jadi, GBHM itu merupakan nama lain dari code of cunduct komunitas pejuang literasi. Code of conduct adalah kode etik atau pedoman perilaku berupa beberapa aturan yang di buat,  dipahami,  dan disepakati hingga menjadi komitmen bersama.

Nah,  setelah selesai materi GBHM tersebut kita diberikan tantangan untuk menyelesaikan misi asik 2. Berikut masalah yang harus dipecahkan untuk menyelesaikan misi 2.

1. Menjadi member pejuang literasi,  namun,  selalu saja terlambat mengikuti kegiatan online di WAG markas. Apa  yang harus dilakukan? 

2. Menurut pasukan, jika ada komandan yang hanya menjadi "silent readers" di WAG teritori,  apa yang akan pasukan lakukan? 

3. Ketika ternyata bertemu dengan banyak komandan,  beberapa diantaranya memiliki profesi atau mungkin hobi yang sama (selain menulis). 
Bolehkah membuat WAG tersendiri untuk kepentingan tersebut? 
Menurut pasukan, jika hal tersebut dilakukan oleh komandan lain apakah itu etis?
Dan apa yang akan komandan  lakukan?

 Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, saya inginmebaca "basmala" terlebih dahulu. Jika jawaban saya salah atau kurang tepat itu murni karena saya memang hanya manusia biasa. Jika jawaban saya memiliki kebenaran itu datangnya dari Allah. Kok,  jadi deg-degan ya jawabnya. 😅

Pertanyaan nomor satu, menjadi member pejuang literasi, namun, selalu saja terlambat mengikuti kegiatan online di WAG markas. Apa  yang harus dilakukan? 
Menurut saya,  kita harus menertibkan. Pada materi GBHM point pertama itu membahas mengenai ADAB. Saya mengutip cerita mengenai adab yang disampaikan oleh Ndan pemateri yang sangat menginspirasi berikut. 

Adab memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu,  terihat dari kisah Abdurrahman bin Qasim, salah satu murid Imam Malik,  ia bercerita bahwa,  "aku mengabdi kepada Imam Malik selama 20 tahun,  2 tahun diantaranya untuk mempelajari ilmu dan 18 tahun untuk mempelajari adab. Seandainya saja aku bisa jadikan seluruh waktu tersebut untuk mempelajari adab (tentu aku lakukan)."  

Nah,  penuntut ilmu itu harus mendahulukan adabnya. Jika komandan sering saja terlambat berarti masih perlu diperbaiki adabnya. Mari menjadi baik,  kita menuntut ilmu, kita harus tiba sebelum guru kita.

Masing-masing kita memiliki kesibukan sendiri. Jika hal ini terjadi, kita bisa mengomunikasikan. Bisa izin atau semacamnya. Yang penting tidak terlambat melulu. 

Yang dilakukan bisa juga dengan menyebarkan daftar hadir terlebih dahulu. 15 menit sebelum masuk ke materi. Agar para komandan mengingat bahwa harus hadir sebelum materi dimulai.

Pertanyaan yang ke-2,  Menurut pasukan, jika ada komandan yang hanya menjadi "silent readers" di WAG teritori,  apa yang akan pasukan lakukan? 
Yang akan saya lakukan adalah memberikan pertanyaan yang bisa memancing untuk semua komandan agar bisa berkomentar. Jika tidak berhasil, tidak apa-apa menyebutkan nama komandan. 

Pertanyaan ke-3, Ketika ternyata bertemu dengan banyak komandan,  beberapa diantaranya memiliki profesi atau mungkin hobi yang sama (selain menulis). 
Bolehkah membuat WAG tersendiri untuk kepentingan tersebut? 
Menurut pasukan, jika hal tersebut dilakukan oleh komandan lain apakah itu etis?
Dan apa yang akan komandan lakukan?
Menurut saya boleh saja membuat WAG tersendiri,  hal tersebut merupakan hak azasi manusia. Tetapi jika dengan membuat WAG menjadikan PL terganggu atau komandan tersebut menarik banyak komandan lainnya dan mereka lebih fokus pada hobi mereka itu, ya, itu sudah tidak etis, sih.

Yang saya lakukan selanjutnya adalah Wapri dan menegur apa yang dilakukannya itu tidak etis menurut PL. 

Demikian jawaban saya terhadap pertanyaan misi asik 2. Semoga bermanfaat. 

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.  Tetap semangat! 


Kamis, 05 Maret 2020

Tetap Eksis karena Manfaat

Saya mulai bergairah menulis lagi sejak resign mengajar.  Paksu mendaftarkan saya di KMO Alinea di bawah asuhan Pak Cah.

Selesai kelas keinginan menulis sangat kuat. Beranda FB tempat cantiknya kalimat saya berbaris. Hingga seorang teman menulis yang saya lupa namanya, memberikan info mengenai Nulis Bareng-Bareng (NBB)-nya Pejuang Literasi (PL).

Akhirnya saya ikut nimbrung menulis NBB. NBB itu adalah Ensiklokids Dunia Serangga. Dibawah bimbingan Ndan Rina Yuliani. Masyaa Allah,  seru banget. Kita hunting serangga,  lalu jepret-jepret. Selanjutnya,  saya ikut NBB sahabat Rasulullah.  Naskahnya sudah siap, sisa kirim,  tetapi setelah menceritakan paksu mengenai NBB tersebut,  ia langsung tertarik. Saya mengalah karena terlalu banyak NBB yang saya ikuti, pengeluaran untuk buku juga akan membengkak. Jika NBB "Sahabat Rasulullah" ke-2 buka lagi akan saya ikutkan tulisan saya. 

Karena telah bergabung di NBB akhirnya saya dimasukkan di grup WA PL. Di sana,  saya belajar banyak. Divisi akademik tidak hentinya memberikan materi kepenulisan yang bermanfaat. 

Alasan lain juga membuat saya betah berada di PL karena kita memang dipersiapkan bertumbuh,  berkarya,  dan berbagi,  sesuai motto PL. 

Karena motto ketiga berbagi,  maka setiap bulan PL berbagi keuntungan. Sebagian keuntungannya diberikan  kepada yang membutuhkan. Saya selalu terharu ketika Ndan Hessa, founder PL mengirim bukti transferan. 

***

Tujuan menulis yang paling agung menurut saya adalah menulis yang baik dalam bersedekah. Sekali menulis setiap orang yang membaca dan bermanfaat bagi orang tersebut akan bernilai pahala buat penulisnya. Masyaa Allah,  Hanya sekali menulis pahala akan mengalir terus menerus. 

Diantara kita yang muslim siapa yang tidak mengenal Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Hambal, Imam Ahmad, Ibnu Katsir, dan banyak lagi. Dari tulisan kita mengenal dan banyak belajar. Mereka yang diridhai Allah padanya kita belajar betapa pentingnya menulis. 

Mudah-mudahan saya belum terlambat menyadari bahwa betapa pentingnya menulis itu. Untuk tetap eksis di Dunia kepenulisan saya banyak bergabung di komunitas literasi agar semangat menulis tetap ada. Dan Insyaa Allah saya akan tetap eksis di PL karena manfaatnya yang luar biasa di dunia kepenulisan. Kalian juga berminat di dunia literasi, bergabunglah di PL, kalian akan merasakan manfaatnya. 

Jumat, 07 Februari 2020

Semangat Pantang menyerah (Catatan Buah Hati 12)

Pribadi ulet, itulah yang terlihat dari sikapnya. Beberapa kali mengikuti lomba dan mengikuti kegiatan apa pun selalu gigih berlatih. Demikianlah si KK.

Setelah ujian di tempat mengaji, menghafal doa-doa, nama-nama surah dan ayatnya, praktik wudhu dan tayammum. Ia kini mulai fokus menghapal Alquran. Katanya harus hapal juz 30 sebelum bulan Ramadhan.

Ia menyusun rencana yang ingin di lakukan,  semacam kurikulumnya. Sebagai Bunda, saya hanya selalu mengingatkan target dan mendampinginya. Tidak ingin ia merasa tertekan dengan rutinitas belajar dan menghapalnya. 

Tidak ada rumah tahfidz atau semacam tempat anak-anak menghapal di tempat kami. Jadilah anak-anak menghafal hanya di rumah.  Jadwal mengaji di rumah biasanya setelah magrib,  Abi yang mendampingi. Untuk hapalan, biasanya setelah jadwal mengaji. Saya bergantian dengan Abi mendampinginya. 

Sebenarnya si KK diajar menghapal sejak bayi. Ia mulai diperdengarkan lantunan Alquran sejak masih bayi. Saat dibuaian di kala hendak tidur, lagu nina bobo diganti dengan murattal. Andai ia rutin setiap hari diajak menghafal tiga ayat saja, tentu ia telah menghafal beberapa juz sekarang. 

Dua anak kami,  KK dan Abang bisa membaca alquran sebelum bisa membaca bahasa Indonesia. Alhamdulillah,  mereka belajar di rumah bersama kami. Setelah Khatam Alquran barulah KK ikut mengaji di tempat lain.  Si Abang sementara membaca juz 16 sekarang. Ia belum hendak mengaji di luar rumah seperti kakaknya. 




Senin, 29 April 2019

Catatan Buah Hati 11 "Surat dari Ibu" Membuatnya Belajar Mengetik

By: Bunda Ena

Belum usai lomba KK sudah menyampaikan niatnya ingin berkompetisi. Ia sangat berminat ikut lomba baca puisi pada ajang Festival Lomba Literasi Sekolah Nasional (FL2SN) tahun 2019.

Dapat info dari teman literasi di grup WA. Saya menceritakan ini pada KK. Setiap hari ia menanyakan hal tersebut meski saya sudah menjelaskan bahwa DLnya sudah lewat.

Untuk tingkat SMP ada perpanjangan hingga tanggal 30 April. Sedangkan untuk SD belum tahu informasinya.

Ia sudah semangat berlatih. Puisi "Surat Dari Ibu" karya Asrul Sani berulang di bacanya. Ia juga meminta agar puisi wajib dari panitia tersebut diketik. Tapi karena kesibukan saya tidak sempat mengetikkannya.

Ia berinisiatif mengetik sendiri. Laptop Abi diambilnya.

"Bunda Ajari Aku saja,biar kuketik sendiri."

"Dimana harus ku ketik?" lanjutnya beberapa menit kemudian setelah berhasil membuka laptop.

Aku menjelaskan agar membuka folder dan mencari folder atas namanya di sana. Setelah ia melihat namanya ia bertanya lagi tempat mengetiknya.

Kujelaskan agar ia mengklik kanan, mencari tulisan "new" lalu mencari aplikasi microsoft windows. Setelah menemukannya klik cepat dua kali.

Lama ia bungkam, lalu bertanya lagi langkah selanjutnya. Kujelaskan setelah muncul foldernya tulislah namanya, contohnya "puisi Asrul Sani" lalu enter. Bukalah folder itu dengan mengklik cepat dua kali.

"Berhasil Bunda!"

Ia mengetik sekitar 5 menit lalu azan Dzuhur. Saya menyuruhnya berhenti dan sholat Dzuhur terlebih dahulu. Setelah sholat ia melanjutkannya. Satu halaman puisi hampir 20 menit ia mengetiknya.

Disaat mengetik tidak banyak yang ia tanyakan. Hanya menanyakan cara mengetengahkan tulisan. Memang ia kadang latihan mengetik ketika diizinkan menggunakan laptop.

Setelah selesai, ia bertanya lagi cara mengeprint. Saya menjelaskan, colok sambungan print ke laptop dan listrik, lalu nyalakan tombol power pada print. Tekan "control + p" secara bersamaan lalu tekan enter. Rupanya ia tidak berhasil.

Saya lalu mendekat melihat apa kendalanya. Oh... Ternyata ia belum memilih jenis print yang ready. Beberapa menit kemudian print berbunyi dan mengeluarkan tulisan pada 2 lembar kertas.

"Berhasil Bunda. Jadi Aku klip kertasnya?"

"Tidak perlu. Bunda editkan saja jadi satu kertas."

Tidak lama berselang keluar kertas dari print dengan tulisan yang sama tapi hanya menggunakan satu kertas.

"Bagaimana Bunda bisa satukan hanya jadi satu kertas saja?"

"Bunda edit ukuran tulisan pada judulnya. Lihat... Tadi ukuran tulisannya 38, Bunda ubah menjadi 18. Jarak dari bait atau tulisan yang ada jarak ini terlalu jauh. KK mengenternya dua kali ya?"

"Iya." Sambil tersenyum.

Matanya berbinar setelah berhasil mengetik naskah puisinya sendiri.

Saat ini, ia selalu bertanya lagi kapan divideokan. Sudah ada kabar kapan terakhir pengumpulan puisinya. Dengan penuh antusias. Saya hanya bisa mengingatkan jika waktu pengumpulannya sudah lewat agar tidak kecewa.

"Jadi Bunda kalau Aku lulus, pakai duit siapalah beli tiket?"

"Aku nanti berpuisi di depan presiden, kan Bunda"

Demikianlah tuturnya di sela-sela latihan.

Ia bercerita ke adiknya, AS bahwa ia akan ke Jakarta ikut lomba puisi.

Aduh nak, belum apa-apa juga anganmu sudah melambung ke angkasa. Bunda hanya bisa mengaamiinkan di dalam hati saat mendengarmu bercerita.😊😘🤗

Sei Menggaris, 4 April 2019