Abinya anak-anak sehari sebelum Ramadan keluar kota Kabupaten. Anak- anak ingin dibelikan IPad. Meski tabungan mereka belum cukup. Akhirnya Abi mengizinkan setelah begitu lama mereka bersabar.
Televisi di rumah tidak dinyalakan sudah hampir tiga tahun. Dampaknya lebih banyak negatif ketimbang positif. Anak-anak juga belum diizinkan memiliki gadget.
Mereka bisa memiliki benda segi empat itu dengan menabung uang sendiri. Telepon pintar penuh manfaat itu mereka bisa miliki juga jika digunakan untuk kebaikan dan harus menaati aturan dalam penggunaannya. Demikian kami memberikan arahan sebelum mereka dibelikan.
Kakak dan Abang terlihat rajin setelah di belikan Ipad. Tanpa disuruh, si Abang membuang sampah. Memang itu adalah tugasnya setiap hari. Tetapi masih sering diingatkan bahkan dipaksa.
Si Kakak juga membersihkan rumah tanpa diminta. Menyapu, melipat, mencuci piring, tanpa diingatkan.
Sementara Tablet dicas mereka bekerja. Sebelum fullcas pekerjaan pun selesai. Senang juga melihat mereka semangat bekerja. Membantu Bunda. Ternyata pil penyemangatnya bisa juga.😂 semoga tetap bertahan.
Hari pertama puasa si Abang lemas. Tidak bisa tidur siang. Banyak kali menanyakan apakah sudah bisa makan. Ia terkapar di dapur, berbaring terlentang di sana.
Abi datang dari mengisi galon menggendongnya masuk ke kamar. Entah berapa kali ia memanggil Bunda. Ia membujuk Opah agar mengizinkannya berbuka.
Akhirnya, sisa tiga puluh menit waktu berbuka ia m3mbatalkan puasanya. Ya, hal yang wajar karena memang usianya masih tujuh tahun dan itu puasa pertama di tahun ini. Tahun lalu puasa penuhnya setengah bulan selebihnya puasa setengah hari.
Si Kakak berbeda pula. Ia sangat antusias berpuasa. Di hari biasa saja ia ingin berpuasa sunat. Sejak umurnya enam tahun sudah semangat puasa. Saya tidak ingat pasti, entah di usia enam atau tujuh tahun ia berpuasa full. Tetapi memang ia lebih beraemangat berpuasa dibandingkan adiknya.
Si Kakak meminta saat berbuka ingin makan raca'raca mangga. Si abang ingin menyantap tempe. Si kakak Izzah bolak balik meminta dibuatkan udang krispi. Alhamdulillah, bahannya tersedia di kulkas. Meski agak lama bergelut dengan dapur, tetapi tetap semangat karena si buah hati juga semangat.
Abi juga meski terlihat lelah sepulang dari kota tetap semangat menjadi imam. Tarwih pertama kami di rumah bersama keluarga teramat istimewa. Syahdu.
Bacaan Al-Qur'an juga terdengar bersahutan. Semua semangat membaca qalam ilahi. Kakak Izzah yang baru berusia tiga tahun tidak mau kalah. Ia mengambil iqranya dan membacanya juga. Bacaannya kini sudah di huruf ta.
Semoga Ramadhan kali ini bisa lebih berkah meski Lock Down.